Sains atau Musik?

#LisTalks Ep. 1 — 2020

Untuk benar-benar mewujudkan semua impianku, aku merasa bahwa aku tidak harus menjadi jago.

Yang butuh selalu aku lakukan ialah belajar, bersyukur, dan berdoa.

Tahun 2020, aku baru saja lulus dari sekolah musik yang telah kutekuni selama 8 tahun lamanya, mengambil jurusan biola. Pada saat yang bersamaan, aku juga sedang menjalani pendidikan tinggi jurusan teknik lingkungan di suatu universitas di kotaku. Bagaimana dua hal ini dapat terjadi?

Aku memiliki sebuah impian.

Impian ini muncul karena keinginanku untuk membalas budi kedua orang tuaku yang rela selama ini mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk sekadar mengantarku menuntut ilmu pada dua bidang yang berbeda—sains dan musik (di SMA, aku mengambil jurusan IPA). Impian ini sebenarnya tak hanya menjadi pilihan utamaku untuk terus mengeksplor ilmu sains, namun juga untuk membalas semua stereotype dan pertanyaan yang tengah aku hadapi tiap harinya.


“Kenapa harus sekolah musik?”

“Kalo udah sekolah musik, ngapain kuliah teknik?”

“Kok bisa betah jalanin dua-duanya?”

“Kenapa ga kuliah musik aja kalo gitu?”

“Kalo udah lulus dua-duanya, mau jadi yang mana (insinyur atau musikus)?”

…dan beberapa pertanyaan yang berawalan dengan huruf K lainnya.


Kita semua tahu, atau bahkan kamu yang belum tahu, bahwa mempelajari sains akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan logis. Dengan memiliki modal scientific thinking, kita dengan mudahnya mengetahui masalah di sekitar kita dan menganalisis untuk memecahkannya. Menurutku, hal inilah yang mungkin secara sangat terbatas kita dapatkan di bidang musik.

Lalu, dengan mempelajari musik, kita akan mengenal banyak jenis emosi dan perasaan lainnya, atau bahkan kita semua dapat mengekspresikan apa yang ada dalam diri lewat bermusik. Dengan demikian, kita akan mendapatkan pelajaran memahami orang lain dengan baik pula. Hal inilah—yang menurutku lagi—mungkin belum kita peroleh secara dalam di bidang sains.

Bagiku, untuk menjalankan hal keduanya, mengapa tidak? Kecuali, jika kita tidak memiliki law of attraction dalam diri kita.

Sains dan musik telah menjadi pilihanku sejak kecil, walaupun terkadang aku tidak merasa ahli sama sekali di salah satu bidang.